BOKEP UPDATE SETIAP HARI | AGEN POKER TERBAIK POKER899

POKER899.VIP AGEN POKER ONLINE TERBAIK DAN TERBESAR

DAFTAR DAN GABUNG DI SITUS POKER ONLINE TERBESAR INDONESIA SEKARANG JUGA !

FILM BOKEP JEPANG JAV FULL MOVIE TERBARU!!!A

BUAT YANG INGIN MELEPASKAN HASRAT LANGSUNG KLIK !!!!

AGEN POKER ONLINE TERPERCAYA

AYO GABUNG DAN DAPATKAN BONUS DAN JACKPOTNYA SEKARANG !!!

POKER ONLINE TERBAIK DAN TERPERCAYA

LANGSUNG MENJADI BOS DAN MULAI KEKAYAANMU SEKARANG !!!!

VIDEO BOKEP BARAT JEPANG DAN NGENTOT TERBAIK

UNTUK YANG SUKA COLI DIMANA SAJA KLIK YAA !!!!!

AGEN POKER TERBAIK INDONESIA

Cerita panas - Nikmat nya Lobang Janda dari JOGJA

-Agen Judi Bola   Kejadian ini terjadi saat liburan akhir semester yang lalu, aku berlibur di bandung, satu minggu lebih aku habiskan di kota kembang reuni teman SMA yan kebetulan kuiliah disana, saya sendiri kuliah di Daerah Yogyakarta, rencanaya saya pakai angkutan darat untuk menuju kesana, pukul jam 2 siang aku sampai di terminal bandung.
 s



-Berita bola      Saat sedang asyik membolak-balik Taboid Olahraga kesukaan saya, tiba-tiba seorang anak kecil berusia 4 tahunan terjatuh didepan saya, sontak tangan ku menarik si gadis kecil itu.

“Makasih Dik, maklum anak kecil kerja nya lari-lari mulu” ungkap seorang wanita setengah baya seraya mengumbar senyum manisnya.

Namun walau hampir kepala tiga, Mbak Tina, demikian dia memperkenalkan dirinya pada saya, masih keliatan seperti gadis muda yang lagi ranum-ranum nya….dada gede (34B), pantat bahenol dibarengi pinggul seksi membuat ku terpaku sejenak memandanginya.

“Maaf, boleh saya duduk disini” suara Mbak Tina dengan logat sundanya yang khas memecah ‘keheningan’ saya

“Ssii… silakan Mbak,” balas ku sambil menggeser pantat ku dibangku ruang tunggu bis antar kota di kota kembang itu.

“Mau kemana mbak’”saya coba membuka pembicaraan.

“Anu… saya teh mau ke jogja. Biasa beli barang-barang buat dagang. Adik mau kemana?”

“Sama, jogja juga. Mbak sendiri?” pandangan ku melirik payudara nya yang belahan nya jelas dari kaos lumayan ketat yang dipakainya.

“Ya, tapi ada yeyen kok” katanya sambil menunjuk si kecil yang asik dengan mainannya.

“Saya Andi Mbak” ucapku sambil mengulurkan tangan yang langsung disambutnya dengan ramah.

“Kalo gitu saya manggilnya mas aja ya, lebih enak kedengarannya” ungkap si mbak dengan kembali mengumbar senyum manisnya. Mungkin karena ketepatan jurusan kami sama, saya dan Mbak Tina cepat akrab, apalagi apa karna kebetulan ato gimana, kami pun duduk sebangku di bis yang memang pake formasi seat 2-2 itu.

Dari ceritanya ku ketahui kalo Mbak Tina janda muda yang ditinggal cerai suami sejak 2 thn lalu. Untuk menyambung hidup dia berjualan pakaian dan perhiasan yang semua dibeli dari jogja. Katanya harga nya murah. Rencananya di Jogja 2-3 hari.

Pukul 4.30 sore, bis meninggalkan terminal tersebut, sementara didalam bis kamu bertiga asyik bercengkarama, layaknya Bapak-Ibu-Anak, dan cepat akrab saya sengaja memangku si kecil Yeyen, sehingga Mbak Tina makin respek pada saya.



Tak terasa, waktu terus berjaan, suasana bis begitu hening, ketika waktu menunjukkan pukul 11 malam. Si kecil Yeyen dan para penumpang lain pun sudah terlelap dalam tidur. Sedangkan saya dan Mbak Tina masih asyik dalam obrolan kami, yang sekali-kali berbau ha-hal ‘jorok’, apalagi dengan tawa genitnya Mbak Tina sesekali mencubit mesra pinggang saya.

Suasana makin mendukung karna kami duduk dibangku urutan 4 dari depan dan kebetulan lagi bangku didepan, belakang dan samping kami kosong semua.

“Ehmm..mbak, boleh tanya ga nih, gimana dong seandainya pengen gituan kan dah 2 taon cerainya.” tanya ku sekenanya.

“Iiihh, si mas pikiran nya..ya gimana lagi, palingan usaha sendiri… kalo ga,ya… ini,si Yeyen yang jadi sasaran marah saya, apalagi kalo dah sampe di ubun-ubun.” jawabnya sambil tersipu malu.

“Masa… Ga mungkin ga ada pria yang ga mau sama mbak, mbak seksi, kayak masih gadis” aku coba mengeluarkan jurus awal.

Tiba-tiba si yeyen yang tidur pulas dipangkuan Mbak Tina, nyaris terjatuh.. sontak tangan ku menahannya dan tanpa sengaja tangan kami bertemu. Kami terdiam sambil berpandangan, sejenak kemudian tangan nya ku remas kecil dan Mbak Tina merespon sambil tersenyum.

Tak lama kemudian dia menyandarkan kepalanya di bahuku, tapi aku mencoba untuk tenang, karena ‘diantara’ kami masih ada si kecil yeyen yang lagi asik mimpi..ya memang ruang gerak kami terbatas malam itu. Cukup lama kami berpandangan, dan dibawah sorot lampu bis yang redup, ku beranikan mencium lembut bibir seksi janda cantik itu.

“Ssshhh… ahhh… mas” erangnya, saat lidah ku memasuki rongga mulutnya, sementara tangan ku, walau agak sulit, karna yeyen tidur dipangkuan kami berdua, tapi aku coba meremas lembut payudara seksi nan gede itu.

“Terus mas… enak….. ouhhhh” tangan nya dimasukin aja mas, gak keliatan kok’” rengeknya manja.

Adegan pagut dan remas antara kami berlangsung 20 menitan dan terhenti saat yeyen terbangun

“Mama…, ngapain sama Om Andi” suara yeyen membuat kami segera menyudahi ‘fore play’ ini dan terpaksa semuanya serba nanggung karna setelah itu Yeyen malah ga tidur lagi.

“Oya, ntar di Jogja tinggal dimana Mbak” tanya ku.

“Hotel Mas… Napa? Mas mau nemenin kami…???”


 aaa


“Bisa, ntar sekalian saya temenin belanjanya, biar gampang, ntar cari hotelnya disekitar malioboro aja.”

Pukul 7 pagi akhirnya kami tiba di terminal Giwangan, Jogja… dari terminal kami bertiga yang mirip Bapak-Ibu dan anak ini, nyambung bis kota dan nyampai dikawasan malioboro setengah jam kemudian.. setelah muter-muter, akhirnya kami mendapatkan hotel kamar standart dengan doble bed dikawasan wisata jogja itu.

Setelah semua beres, si room boy yang mengantar kami pamit.

“Yeyen, mau mandi atau langsung bobo chayank?”

“Mandi aja, Ma… Oya, Om Andi nginep bareng kita ya..?” si yeyen kecil menanyaiku

“Ya, biar mama ada temen ngobrolnya.” jawab Mbak Tina sambil ngajak Yeyen ke kamar mandi yang ada dalam kamar. Di dalam ternyata si mbak telah melepas pakaiannya dan hanya melilitkan handuk di tubuh seksinya.

Dengan posisi agak nungging, dengan telaten Mbak Yeyen menyabuni si Yeyen, dan karena pintu kamar mandi yang terbuka, nampak jelas cd item yang membalut pantat seksi itu. Seperti Mbak Tina sengaja memancing naluriku, karena walau tau aku bisa ‘menikmati’ pemandangan tersebut, pintu kamar mandi tidak ditutup barang sedikitpun.

Tak lama kemudian, Yeyen yang telah selesai mandi , berlari masuk ke dalam kamar..

“Gimana, Yeyen udah seger belom?” godaku sambil mengedipkan mata ke arah Mbak Tina

“Seger Om…. Om mau mandi??”

Belum sempat ku jawab…..

“Ya ntar Om Mandi mandinya bareng mama, sekarang yeyen bobo ya…” celetuk Mbak Tina sambil tersenyum genit kearah ku.

Selagi Mbak Tina menidurkan anaknya, aku yang sudah masuk ke kamar mandi melepas seluruh pakaian ku dan ‘mengurut-urut’ penis ku yang sudah tegang dari tadi. Lagi asiknya swalayan sambil berfantasi, Mbak Tina ngeloyor masuk kamar mandi.

Aku kaget bukan kepalang..

“Udah gak sabar ya……” godanya sambil memandangi torpedo ku yang sudah ‘on fire’

“Haa… aaa… Mbak…” suaraku agak terbata-bata melihat Mbak Tina langsung melepas lilitan handuknya hingga terpampang payudara nya yang montok yang ternyata sudah ga dibungkus BH lagi, tapi penutup bawah nya masih utuh.

Tanpa mempedulikan kebengongan ku, Mbak Tina langsung memelukku.

“Jangan panggil Mbak dong. Tina aja” rengeknya manja sambil melumat bibirku dan tangan kirinya dengan lembut mengelus-elus kemaluan ku yang semakin ‘on fire’.

Aku sudah dirasuki nafsu biarahi langsung membalas pagutan Tina dengan tatkala ganasnya. Perlahan jilatan erotis Mbak Heny turun ke leher, perut… hingga sampe dibatang kemaluan ku.

“Berpengalaman sekali dia ini…” pikirku.

Jilatan yang diselingi sedotan, kuluman dibatang kemaluan hingga buah pelir ku itu membuatku serasa terbang melayang-layang….

“Ohhhh… Tina… nikkk… mat… teruss… isepppp” desahku menahan nikmatnya permainan oral janda seksi ini sambil mengelus-elus rambutnya.

15 menit lamanya permainan dahsyat itu berlangsung hingga akhirnya aku merasa sesuatu yang ingin keluar dari penis ku.

“Akhh… hh… aku keulu..aaarrr…” erangku diikuti semprotan sperma ku dimulut Tina yang langsung melahap semua sperma ku persis seperti anak kecil yang melahap es paddle pop sambil tersenyum ke arahku..

Setelah suasana agak tenang, aku menarik tangan Tina untuk berdiri, dan dalam posisi sejajar sambil memeluk erat tubuh sintal janda seksi ini, mulutku langsung melumat mulut Tina sambil meremas-remas pantatnya yang padat.

Tina membalasnya dengan pagutan yang tatkala ganas sambil tangan nya mengenggam penisku yang masih layu dan mengurut-urutnya. Dan dengan buasnya aku mengecup dan menyedot dari leher terus merambat hingga ke payudara nya yang padat berisi.

“Oohhh.. Ndi…. ahhkkhh.” erangnya tatkala mulutku mulai bermain di ujung putingnya yang tegang dan berwarna coklat kemerahan.

Tanpa melepas lumatan pada mulut Tina, perlahan aku mulai mengangkat tubuh sintal tersebut dan mendudukannya diatas bak mandi serta membuka lebar-lebar pahanya yang putih mulus.

Tanpa dikomando aku langsung berlutut, mendekatkan wajahku kebagian perut Tina dan menjilati yang membuat Tina menggelinjang bak cacing kepanasan.

Jilatin ku terus merambat ke bibir vagina nya yang licin tanpa sehelai bulu pun. Sesaat kemudian lidahku menjilati sambil menusuk-nusuk lubang vagina Tina, yang membuatnya mengerang histeris.

“Ndi… sudah…. Ndi… masukinn punyamu…. aku sudah ga tahan…. ayo sayang…” pinta nya dengan nafas memburu.

Tak lama kemudian aku berdiri dan mulai menggesek-gesekkan penis ku yang sudah tegang dan mengeras dibibir vagina Tina yang seseksi si empunya.

“Sudah…. say…. aku ga ta.. hann… nnn… masukin..” rengek Tina dengan wajah sayu menahan geora nafsunya.

Perlahan namun pasti penisku yang berukuran 17 cm, ku masukkan menerobos vagina Tina yang masih sempit walau sudah berstatus janda itu.

“Pelann… dong say.. sudah 2 tahun aku gak maen..” pinta nya seraya memejamkan mata dan menggigit bibirnya sendiri saat penisku mulai menerobos lorong nikmat itu.

Ku biarkan penis ku tertanam di vagina Tina dan membiarkan nya menikmati sensasi yang telah dua tahun tak dia rasakan. Perlahan namun pasti aku mulai mengocok vagina janda muda ini dengan penis ku yang perkasa.

Untuk memberikan sensasi yang luar biasa, aku memompa vagina Tina dengan formasi 10:1, yaitu 10 gerakan menusuk setengah vagina Tina yang dikuti dengan 1 gerakan full menusuk hingga menyentuh dinding rahimnya.

Gerakan ini ku selingi dengan menggerakkan pantatku dengan memuter sehingga membuat Tina merasa vagina nya diubek, sungguh nikmat yang tiada tara terlihat dari desisan-desisan yang diselingi kata-kata kotor keluar dari mulutnya..

“Ouggghh…. kontolmu enak say… entot Tina terus say… nikmat” rintihnya sambil mengimbangi gerakanku dengan memaju-mundurkan pantatnya.

Tiga puluh menit berlalu, Tina sepertinya akan mencapai orgasmenya yang pertama. Tangan nya dengan kuat mencengkram punggung ku seolah meminta sodokan yang lebih dalam di vaginanya. Tina menganggkat pinggulnya tinggi-tinggi dan menggelinjang hebat, sementara aku semakin cepat menghujam kan penisku di vagina Tina…

“Ooouhhh…. aaahhhh…. hhh…” erang Tina saat puncak kenikmatan itu dia dapatkan..

Sejenak Mbak Tina kubiarkan menikmati multi orgasme yang baru saja dia dapatkan. Tak lama kemudian tubuh sintal Mbak Tina ku bopong berdiri dan kusandarkan membelakangi ku ke dinding kamar mandi.

Sambil menciumi tengkuk bagian belakang nya, perlahan tangan ku membelai dan mengelus paha mulus Mbak Tina hingga tangan ku menyentuh dan meremas kemaluan nya dari belakang, membuat nafsu birahinya bangkit kembali.

Rangsangan ini ku lakukan hingga aku persis berjongkok dibelakang Tina. Apalagi setelah jilatan merambat naik ke vagina Mbak Tina dan mengobok-obok vagina yang semakin menyemburkan aroma khas.

Tak cukup sampai disitu, wajahku ku dekatkan kebelahan pantat montok itu dan mulai mengecup dan menjilati belahan itu hingga akhirnya Mbak Tina seakan tersentak kaget kala aku menjulurkan dan menjilati lubang anus nya, sepertinya baru kali ini bokong seksi dan anusnya dijilati.

“Ouhh…. aakhh… ssstt…. jorok say…. apa kamu lakukan… jilat memek Tina aja..” celotehnya .

Sepuluh menit berlalu, aku kemudian berdiri dan menarik pantat montok nan seksi itu kebelakang dan penisku yang semakin tegang itu ku gosok-gosokan disekitar anus Tina…

“Ouh… ca… kittt… say… jangan disitu, Tina lom pernah say…” rengeknya sambil menahan saat perlahan penisku menerobos masuk anusnya. Setelah sepenuhnya penisku tertelan anus Tina, ku diamkan beberapa saat untuk beradaptasi seraya tangan ku meremas-remas kedua payudaranya yang menggantung indah dan menciumi tengkuk hingga leher belakang dan sampai ke daun telinga nya.

“Nikk… matt… say..” hanya itu yang keluar dari mulut seksi Tina.

Merasa cukup, aku mulai memaju mundurkan penis ku secara perlahan mengingat baru kali ini anusnya dimasuki penis laki-laki. Setelah beberapa gerakan kelihatan rasa sakit dan perih yang dirasakannya tadi sudah berganti dengan rasa nikmat tiada tara.

Perlahan Mbak Tina mulai mengimbangi gerakan ku dengan goyangan saat penis ku semakin memompa anusnya, sambil tangan kananku mengobok-obok vagina nya yang nganggur.

“Aahhh… ooohhh… luar biasa say… nikmat…” Desah Tina menahan nikmatnya permainan duniawi ini. 30 menit berlalu dan aku merasa puas mempermainkan anus Mbak Tina, perlahan ku tarik penisku dan mengarahkan nya secara perlahan ke vagina, dan memulai mengobok-obok vagina itu lagi.

20 menit kemudian aku merasa ada sesuatu yang akan keluar dari penisku, hingga aku semakin mempercepat gerakan sodokan ku yang semakin diimbangi Tina yang sepertinya juga akan mendapatkan orgamasme keduanya.

Diiringi lolongan panjang kami yang hampir bersamaan, secara bersamaan pula cairan hangat dan kental dari penisku dan vagina Tina bertemu di lorong nikmat Tina.. Nikmatnya tiada tara, sensasi yang tiada duanya..

Tak lama berselang, aku menarik penisku dan mendekatkan nya ke mulut Mbak Tiitn yang langsung dijilatinya hingga sisa-sisa sperma yang masih ada dipenisku dijalatinya dengan rakus.

“Tak kusangka mas sehebat ini.. baru kali ini aku merasa sepuas ini. Badan kecil tapi tenaganya luar biasa. Aku mau mas… aku mau kamu mas…” puji Mbak Tina padaku dengan pancaran wajah penuh kepuasan tiada tara…

Sesaat kemudian kami saling membersihkan diri satu dengan lainnya, sambil tentunya sambil saling remas. Saat keluar mandi terihat Yeyen masih terdidur pulas, sepuas mama nya yang baru saja ku ‘embat’.

Setelah Yeyen bangun, kami bertiga jalan-jalan disekitar malioboro hingga malam. Pukul 9 malam kami tiba di hotel, namun kali ini sambil memandikan Yeyen, Mbak Tina tampaknya sekalian mandi.

Saat keluar kamar mandi tanpa sungkan wanita sunda ini melepas handuknya untuk selanjutnya mengenakan daster tipis yang tadi baru kami beli dari salah satu toko di kawasan malioboro.

“Mas.. mandi dulu gih..” ungkapnya saat aku mendekatkan diri dan mengecup lembut bibirnya yang langsung disambutnya.

“Iihh.. mama dan om Andi, ngapain..?” protes si kecil yeyen saat kami sesaat berpagutan didepan meja hias yang tersedia di kamar hotel itu.

Setelah aku selesai mandi, ku lihat Tina lagi ngeloni Yeyen, dan tampaknya kedua ibu-anak ini kecapean setalah jalan-jalan disekitar malioboro.

Akhirnya ku biarkan Tina tidur dan aku gak ngantuk sama sekali mencoba mengisi waktu dengan menyaksikan live liga Inggris yang waktu itu ketepatan menyajikan big match .

Jam 12 malam lebih saat tayangan bola rampung, perlahan aku mendekati Tina dan mulai membelai-belai betis indah janda muda itu dari balik daster tipisnya hingga nyampe pangkal pahanya. Ketika tanganku mulai mengusap-usap vagina, Tina terbangun. Ku ajak dia pindah ke bed satunya, sambil ku lucuti daster tipis yang didalamnya tanpa beha tersebut.

Dengan hanya menggunakan CD tipis berwarna krem, tubuh bahenol itu ku bopong dan ku lentang kan di ranjang satunya, agar kami lebih leluasa dan si Yeyen kecil bisa tidur tenang. Sambil menindihnya, ku remas dan kecup puting payudara putih dan montok itu.

“Aahhh…. mas…” erangnya manja.

Jilatan ku terus merambah menikmati inci per inci tubuh seksi itu hingga sampe di gundukan nikmat tanpa sehelai rambut pun.. Hampir 20 menit lidah ku bermain dibagian sensitive itu, hingga akhirnya..

“Ayo dong mas… cepeten masukin… dah ga tahan nih…”

Perlahan kusapukan penis ku di vagina mungil itu. kelihatan sekali Tina menahan napas sambil memejamkan mata nya dengan sayu dan menggigit bibir bawahnya.

Akhirnya burung ku masuk ‘sarang’. Ku pertahankan posisi itu beberapa saat, dan setelah agak tenang aku mulai menyodok perlahan vagina yang semakin basah itu.

Erangan dan desahan nikmat yang keluar dari mulut seksi janda sintal ini, menandakan dia sangat menikmati permainan duniawi ini.. Tanpa malu dia mendesah, mengerang bahkan diselingi kata-kata kotor yang membangkitkan gairah.. Sementara di bed sebelahnya si kecil Yeyen masih tertidur pulas..

Tina, si Jada seksi yang lagi, ku garap seakan tidak memperdulikan keberadaan putrinya si kecil, Yeyen..

25 menit-an kami ‘bertempur’ dalam posisi konvensional itu, perlahan ku angkat tubuh Mbak Tina hingga kini dia posisinya diatas. Posisi yang nikmat, karna selain menikmati memek nya aku juga bisa dengan leluasa meremas, mencium dan sesekali mengulum payudara montok yang ber-ayun dengan indah itu.. baru 15 menit,tiba-tiba tubuh Tina mengejang diikuti lenguhan panjang..

“Aaaacchh…. aauugghh… Ann.. ddii.. aakku.. kkeelluaa.. aa.. rr…”

Tak lama Tina menghempaskan tubuhnya di dada ku, seraya mulut kami berpagutan mesra. 5 menit lama nya ku biarkan dia menikmati orgasme nya.

Beberapa saat, karna aku belum apa-apa, aku minta Tina menungging karna aku pengen menikmati nya dengan posisi dogstyle.. Dalam posisi nungging keliatan jelas pantat indah janda kota kembang ini.

Perlahan ku kecup dan jilati belahan pantat seksi itu. Secara perlahan jilatan ku sampe ke vagina mungilnya, Tina menggelinjang dan menggelengkan-gelengkan kepalanya menahan nikmat.. disaat itu, tanpa kami sadari.. si kecil Yeyen bangun dan menghampiri kami.

“Om Andi.. ngapain cium pantat mama..” selidiknya sambil terus mendekat memperhatikan memek mama nya yang ku lahap habis..

“Adek tenang aja ya.. jangan ganggu Om Andi… Mama lagi maen dokter-dokteran dengan Om Andi. Ntar mam mau di cuntik .. Yeyen diem aja ya…” Tina coba menenangkan gadis kecil itu..

“Ehmm.,.. hayo Om… cuntik Mama Yeyen cekaaa.. lang Om.. dah ga tahan neh..” rengek Tina.. sedangkan si Yeyen terlihat duduk manis dipinggiran bed satunya, siap menyaksikan adegan yang semestinya belum pantas dia saksikan..

Perlahan penis ku yang sudah on fire ku gosok-gosokkan dari lubang memek Tina hingga menyentuh anusnya, dari arah memek hingga lubang anusnya.

Dan karena tak tega menyaksikan Tina semakin meracau dan merengek minta segera di ’suntik’, secara perlahan ku arahkan penis ku ke liang senggama nya yang licin oleh cairan vagina nya..

“Om, kok Mama Yeyen dicuntik pake burung Om..” protes si kecil yang belum ngerti apa-apa itu.

“Aauhh… ahh….. lebih dalam Mass.. sss.. Ann.. dddi..” pinta Tina dalam erangan dan desahan nikmat nya tanpa mempedulikan keberadaan Yeyen yang terlihat bingung melihat mama nya, antara kesakitan atau menahan nikmat.

30 menit berlalu, aku merasa ada sesuatu yang akan keluar dari ujung penis ku. Agar lebih nikmat, ku putar tubuh sintal janda kembang ini tanpa mencabut penis ku hingga kami kembali paad posisi konvesional.

“Ti… tiiinn.. aku mau keluar” erang ku mencoba menahan muntahan lahar nikmat yang semakin mendesak ini…

“Ntar.. Masss.. ss.. tahann… kita bareng…” Erangnya dengan mata terpejam seraya menggigit kedua bibirnya menahan genjotan ku yang semakin kencang di vaginanya..

Kedua tangan nya mencengkram punggung ku, dan dadanya diangkat membusung, seluruh badannya tegang mengencang, diikuti dengan lenguhan panjang kami berdua.

“Aaaccchhh…. aaauuggghh…” Maniku dan mani nya akhirnya bertemu di lorong kenikmatan itu sementara bibir kami berpagut mesra dan tangan kanan ku meremas payudara nya yang mengecang saat kami orgasme bareng tadi.

Sambil menikmati sisa-sisa kenikmatan itu, kami masih berciuman mesra sambil berpelukan mesra, sementara penisku masih ‘tertanam’ di memeknya. Sadar dari tadi Yeyen terus memperhatikan kami,

Tina dengan wajahnya yang penuh kepuasan sejati, mengedipkan matanya seraya melihat ke arah Yeyen sambil tersenyum manis.. dan aku pun menghempaskan tubuh ku disampingnya, dan saat penis ku akan ku cabut..

“Nggak usah Mas.. biarin aja dulu di dalem..” rengeknya manja dan segera ku hadiahi ciuman mesra di keningnya.. Tak lama kemudian Yeyen mendekati kami yang baru saja permainan ranjang yang begitu dahsyat..

Hari berikutnya selama Ibu dan anak ini di Jogja, kami terus melakukan hubungan seks ini, dengan berbagai variasi dan teknik yang lebih mesra.. bahkan kadang kami melakukan nya di kamar mandi saat mandi.. Malahan kami tak peduli lagi dengan keberadaan Yeyen. Tina juga tak segan mengoral penis ku dihadapan Yeyen..

Liburan tahun baru lalu aku mendatangi nya di Bandung dan menginap selama se minggu lebih di rumah Janda seksi itu.. kepada tetangga sekitar dia mengenalkan aku sebagai keponakan jauhnya.

Dan yang paling penting, kami menghabiskan waktu dengan bermain seks sepuasnya, apalagi si kecil Yeyen telah dia titipkan ditempat orang tuanya di Ciamis, sedang selama aku disana, dia sengaja meliburkan pembantu nya..

Begitulah kisah seks ku dengan Tina, si janda seksi.. Dan pembaca, entah kenapa, sejak saat itu, untuk urusan seks aku merasa lebih menikmati permainan dengan wanita setengah baya.

Cerita Sex - Ngentot kasir Muda 19 tahun

-Agen Judi Bola Perkenalanku dengan Wina (nama sebenarnya), kasir restoran khas Sunda, ketika aku menyelesaikan bill makan siangku. Aku ngotot membayar makananku sendiri ke kasir (lazimnya dibantu oleh waiter) karena tertarik sama gadis belia ini.


Wina, seperti mojang Priangan lainnya berkulit putih mulus. Tak begitu tinggi, dadanya sedang tak begitu tampak ukurannya sebab tersembunyi dibalik baju seragamnya yang “sopan”, Rok 5 cm di atas lutut memperlihatkan kakinya yang indah mulus.Dalam percakapan singkat sewaktu membayar, aku sempat memberikan no telepon kantorku. Kenapa aku nekat melakukan ini karena sewaktu aku makan, kami sering beradu pandang. Matanya agak jelalatan memperhatikanku. Siapa tahu bisa berlanjut.
“Ditunggu teleponnya” bisikku sambil melangkah keluar. Wina hanya senyum tipis tak menyahut.

Seminggu berlalu, telepon kantorku berdering. Wina nelepon ! Sebenarnya, Aku sudah hampir melupakannya.Setelah berbasa-basi, aku mulai menjalankan rencanaku.“Pulang dinas jam berapa” tanyaku
“Kalau dinas siang pulang jam 3, kalau dinas malam jam 10″ jawabnya.
Jam dinas shift seminggu siang seminggu malam bergantian.
“Saya jemput jam 3, ya”
“Engga usah, biasa pulang sendiri naik angkot” elaknya
“Sekali-sekali, biar cepet sampai rumah” bujukku.
“Engga ah, udah biasa pulang telat”
“Kalau pingin pulang telat, ya… jalan-jalan dulu”
“Mau kemana” jeratku mulai mengena.
“Yah… nonton, kek”
“Engga suka”
“Atau ke Lembang” aku mulai masuk
“Jauh”
“Yah… sebelum Lembang” Ini semacam ‘test-case’. Sebelum Lembang, jl Setiabudi banyak bertebaran hotel, wisma, losmen, atau apapun namanya yang sering digunakan orang untuk “BBS” (bobo-bobo siang).
Sebagian besar hotel-hotel di sana menyediakan tarif “istirahat” (sekitar 3-4 jam) untuk pasangan selingkuh.
“Yeeeee… !” Jawabnya. Berarti Wina sudah memahami maksud ajakanku.
“Okey, setuju ?” serangku.
“Gimana nanti aja” ini artinya okey !
Tak mau kehilangan kesempatan emas, jam 3 kurang 10 aku sudah parkir di seberang restoran tempat Wina bekerja. Jam 3 lewat 5 Wina belum kelihatan. Aku terus mengawasi pintu restoran itu. Setiap cewe berseragam kemeja putih dan rok hitam yang keluar dari pintu itu tak lepas dari mataku. Lewat seperempat,
belum juga nongol. Aku putuskan untuk pulang sambil menstart mobil. Tapi buru-buru mesin kumatikan setelah di seberang sana mojang putih itu muncul. Aku turun mengambil posisi yang tepat. Aku melambai begitu ia melihatku. Aku masuk mobil lagi dan menstarter kembali sambil membuka pintu sebelah. Masih yakin, padahal belum tahu ia mau atau tidak.

-AGEN CASINO ONLINE  “Mau kemana ?” tanyanya melalui jendela mobil.
“Naik aja” jawabku sambil berdebar, takut ketahuan kenalan yang mungkin saja lewat jalan Martadinata ini.
“Ya kemana dulu”
“Cepet masuk dong, engga enak dilihat orang” perintahku.
Dengan ragu Winapun masuk. Aku segera kabur dari situ. Rok seragamnya yang agak pendek makin terangkat ketika duduk, memperlihatkan sepasang kaki dan sebagian pahanya yang mulus.
“Mau kemana sih ?” tanyanya mengulang.
“Jalan-jalan”
“Jalan-jalan ke mana ?”
“Kan janjinya ke sebelum Lembang”
“Heee… siapa yang janji”
Aku mulai mewawancarainya. Dia baru lulus SMIP (Sekolah Menegah Industri Pariwisata, setingkat SMU) dan baru 3 bulan kerja sebagai kasir. Tinggal di Sarijadi sama mamanya. Dia tak mau memberi nomor teleponnya.
Aku mengarah ke Setiabudi. “Belok kiri, dong” katanya ketika kami sampai di pertigaan Gegerkalong. Memang, kalau mau ke Sarijadi harus belok kiri. Tapi aku lempeng aja, terus ke atas. Wina protes aku tak peduli.
“Kita santai sebentar” kataku menghentikan protesnya. Tak ragu-ragu aku belok ke kanan masuk ke hotel.
“GE”.
“Eh… ngaco… kemana nih” protesnya lagi”
“Tenang aja… ” padahal aku sendiri tak tenang, takut ketahuan.
“Saya udah menikah lho” katanya yang entah apa maksudnya. Masa umur 19 sudah menikah, aku meragukannya.
“Engga apa-apa, toh kita engga akan menikah” jawabku sekenanya.
Setengah berlari pelayan hotel menuntun mobilku menuju garasi dengan rolling door yang diatasnya tertulis
E-3. Begitu sampai di dalam garasi pelayan segera menutup rolling door. Aman.
-BERITA BOLA  Kami duduk di kamar hotel sambil minum coke sementara di depan kami terbentang tempat tidur ukuran dobel
dengan sprei putih bersih. Wina lebih banyak diam. Tak sabaran aku ingin segera bergulingan dengan Wina di atas kasur itu. Semua urusan administrasi sudah kubereskan. Tinggal gimana cara memulainya ?
“Sering bawa cewe ke sini., ya” tanyanya tiba-tiba.
“Ah, engga pernah” jawabku berbohong.
“Bohong, tadi udah hapal, berarti sering”
“Gini… kantorku ‘kan sering nyewa ruang rapat di sini. Kalau Rakor kan biasanya 2 atau 3 hari. Semua peserta rakor nginap di sini” aku mengarang cerita.
Hotel ini entah punya ruang rapat atau tidak.
“Kok ngajak ke sini, emangnya Wina apaan” Bingung juga aku.
“Yaaa… supaya kita bisa ngobrol dengan tenang, engga ada gangguan” entah ini bisa menjawab protesnya atau engga.
Obrolan dilanjutkan. Dia mulai terbuka dengan bercerita tentang pekerjaannnya, suasana rumahnya, dan pacarnya. Ternyata Wina pacaran dengan orang Cina yang sudah berkeluarga. Sambil ngobrol, sesekali tanganku menyentuh pundaknya, menepuk pahanya. Wina tak memprotes kelakuan tanganku.
“Kenapa tadi ngaku udah menikah”
“Supaya mas engga macam-macam”
“Emangnya aku takut sama suami kamu”
“Tuh… kan… ” Wina tak meneruskan kalimatnya, karena aku langsung pegang kedua bahunya, dan bibirnya kucium.
Wina meronta tapi kepalanya kupegang. Masih duduk di kursi kami berciuman. Wina tak berontak lagi. Lidahku mulai masuk ke mulutnya dan ternyata disambut pula dengan lidahnya. Hatiku bersorak. Wina tak menolak !
Dari kepala, tanganku turun merabai dadanya. Amboi… ternyata Wina punya gumpalan daging yang bulat dan keras. Dari luar memang tak begitu kelihatan tonjolan dadanya. Kemeja seragamnya terlalu sopan untuk menonjolkan bagian-bagian tubuh. Wina membiarkan tanganku meremas-remas dadanya. Wah… ini sih bisa “dimainkan”, pikirku.

Penisku mulai tegang, walaupun remasan itu tak langsung, masih ada kutang dan kemeja, tapi bentuk bulatnya terasa memenuhi telapak tanganku. Adanya “sinyal penerimaan” ini membuatku melangkah lebih lanjut. Kubuka kancing kemejanya satu persatu. Tapi sampai kancing keempat, Wina menahan tanganku sambil melepaskan ciumannya.
“Jangan… Mas… ” katanya sambil terengah.
Kesempatanku untuk melihat buah dadanya. Dibalik kutang berwarna krem itu menyembul sepasang gumpalan daging putih bersih. Bukan main indahnya. Buah dada Wina tak begitu besar, cuma bentuk bulatnya, ditambah putih mulus, menjadi nyaris sempurna. Walaupun masih tertutup kutang, tapi pinggir-pinggir atasnya yang terbuka menegaskan bentuk bulatnya itu.
Segera saja aku menciumi bagian dada yang tak tertutup kutang, termasuk belahannya. Terasa, tambah satu lagi keistimewaan buah ini : kenyal, bahkan cenderung keras ! Inilah kriteria buah dada yang sudah lama kuimpikan ! Bulat, putih, mulus, dan keras. Hanya satu kriteria yang tak masuk untuk buah dada Wina, yaitu ukurannya.
Seandainya buah dada Wina ini besar, katakanlah 34B, maka tiada kata lain selain : sempurna ! Beberapa wanita yang pernah aku setubuhi, tidak ada yang dadanya seindah punya Wina. Si Novi misalnya. T-shirt ketatnya menonjolkan sepasang buah yang besar menonjol ke depan begitu menggairahkan. Tapi setelah kutangnya terbuka, dada itu memang besar sih… hanya sudah turun dan agak lembek. Lain lagi Si Dilla.
Besar, lumayan kenyal, cuma kurang mulus dan lingkaran di sekeliling putingnya agak lebar.
Aku masih menciumi bagian dada yang tak tertutup kutang sambil mencoba melepas semua kancing kemejanya. Kembali Wina menolak tapi dengan sedikit “pemaksaan” akhirnya kemeja berhasil kutanggalkan. Badan Wina yang masih remaja ini memang mulus. Bahu, lengan atas, dada dan perut semuanya halus. Aku belum melihat
buah dadanya secara utuh, BH krem itu masih di tempatnya. Kini tali kutang sebelah kanan kutarik ke bawah. Bulatan dada kanan makin tampak, segera saja kuciumi lagi sambil mulutku bergeser ke bawah mencari-cari putingnya.
Susah juga menyedot putingnya, karena begitu kecil ! Hanya berupa tonjolan saja. Kujilati tonjolan kecil itu sambil tanganku ke punggungnya melepas kaitan kutangnya. Tak ada perlawanan. Sepasang buah indah itu sudah terhidang di depanku. Dari pinggang ke atas sudah terbuka. Bulatan daging itu semakin nyata.
Putingnya memang kecil dan warnanya merah jambu !
Gantian dada kiri yang kesergap sambil tangan kiriku meremas bulatan lainnya. Puting kecil itu mulai “tumbuh” dan mengeras, memungkinkan aku untuk menyedotnya.
Kubimbing Wina ke tempat tidur lalu perlahan kurebahkan. Aku langsung melucuti diri hingga telanjang bulat. Kelaminku sudah tegak siap. Wina melirik sebentar ke senjataku lalu terpejam lagi, tanpa komentar.
Novi, Dilla, Fifi, Ria dan lainnya biasanya berkomentar :” Ihhh… panjaang”. Wina tidak.
Dengan hanya mengenakan roknya, Wina kini terlentang di depanku di atas kasur. Aku bermaksud menindihnya, tapi perhatianku tertuju pada sepasang paha putih bersih yang hanya tersingkap sebagian. Segera sepasang tanganku menelusuri kedua belah paha itu. Halus dan licin ! Terus ke atas hingga menyentuh CD-nya. Tiba-
tiba saja Wina mengatubkan kedua kakinya yang tadi setengah terbuka sambil menutupkan tangan ke selangkangannya.
“Jangan… ” Katanya.
Okey, nanti saja. Kini aku menindih tubuhnya. Kelaminku kutempatkan di selangkangannya setelah kusingkirkan tangannya. Sambil lidahku mengeksplorasi buah dadanya, aku menggoyang pantatku. Wina menolak aku merabai CD-nya mungkin karena rangsangannya belum tinggi. Gerakan lidah dan pantatku ini “dalam rangka” meningkatkan rangsangannya. Puting itu sudah tegang dan keras, sebenarnya. Tanganku ke bawah mencari-cari kaitan roknya. Ketemu. Tapi baru saja aku menarik resletingnya, Wina berontak lagi. Aku bangkit dan lalu menarik roknya. Lagi-lagi Wina menahanku.
“Dilepas saja … biar engga kusut” akalku.
“Jangan… Mas”
“Ayo, dong Win… ” Rangsanganku sudah tinggi, ingin segera menyentuh kelamin Wina.
“Jangan Mas… saya belum pernah… ”
“Ah… masa… Saya udah engga tahan… nih… ” Aku engga percaya begitu saja kalau ia belum pernah bersetubuh, sebab awalnya tadi relatif lancar dan sekarang ia sudah telanjang dada. Kucoba lagi memelorotkan roknya. Wina menolak lagi, bahkan ia bangkit duduk.
“Ayolah Win,… sekali saja… ”
“Engga mau ! Wina belum pernah begituan”
“Ah..yang bener”
“Sumpah, Mas” Padahal aku sudah sampai pada “point no return”. Aku nekat. Dengan paksaan akhirnya terlepas juga rok itu. Wina berontak sewaktu kurabai CD yang ternyata sedikit basah. Kali ini berontaknya beneran.
“Tolonglah Mas… jangan… ” Pintanya dengan wajah memelas. Aku kasihan juga.
Okey, mungkin ini pertemuan yang pertama jadi Wina belum mau. Lain kali aku harus bisa menembus perawannya, kalau memang benar ia masih perawan. Tapi gimana nih, aku harus terus. Kalau engga jadi aku bisa pusing. Kalau engga berhubungan kelamin sekarang, tentu harus ada “substitusinya”. Maka kudekatkan batang kelaminku yang tegang maksimal ini ke mulut Wina. Wina menutup mulutnya dengan tangan sambil
menggeleng, Aku mulai kesal. Dengan sedikit kasar kutarik tangannya, kudorong kepalanya hingga rebah kembali ke bantal, lalu kutempelkan kepala penisku ke bibirnya.
“Ayo… kulum aja sebentar Win” beberapa detik penisku sempat menyapu bibirnya, lalu Wina menolak lagi.
“Saya engga bisa … Mas… ” Ujarnya kemudian setengah menangis.
“Jadi… gimana… dong… saya harus ke luar… kalau engga pusing!”
Jawaban Wina adalah, tangannya meraih penisku lalu dikocoknya. Tentu saja kurang enak meskipun tangannya halus tapi tak ada “pelicinnya”. Apa boleh buat, tak ada rotan akarpun jadi, kalau kebutuhan sudah mendesak. Supaya lebih nyaman, saya suruh Wina menggunakan sabun. Cara mengocoknyapun memperlihatkan Wina belum berpengalaman. Aku harus memberikan komando kapan memperlambat, mempercepat, menyempitkan dan melebarkan genggamannya.
Ketika kurasakan hampir tiba pada puncaknya, kusuruh ia memperlambat sambil sedikit melonggarkan. Lalu ketika tensiku menurun, kuminta untuk mempercepat. Demikian seterusnya sampai Wina trampil memainkan kelaminku, tanpa komando lagi. Dia telah hafal kapan mengubah cara kocokannya dengan melihat raut mukaku dan desahanku. Aku belum ingin ejakulasi sehingga kadang-kadang aku masih menyuruhnya memperlambat.
Wina memang cepat belajar, merem-melek aku dibuatnya. Suatu saat, kurasakan geli-geli luar biasa, rasanya aku hampir ejakulasi.
“Pelanin… Win… ” kataku sambil tersengal.
Tapi Wina bukannya memperlambat, malah mempercepat kocokannya. Kurang ajar, nakal juga anak ini. Aku sudah tak tahan, malah menikmati percepatan yang mengantarku sampai ke puncak.
“Crooot” tembakan mani pertama menimpa daerah dadanya. Wina kaget, tangannya berhenti.
“Teruus… kocok… !” perintahku. Wina menurut sambil mengarahkan kelaminku agak kesamping. Crot-crot
berikutnya mengenai bantal dan dinding. Sejenak aku terbang melayang… dan lalu rebah… !
Wina cepat-cepat melap air maniku yang bertebaran di buah dadanya.
“Ih… bau… ” Katanya.
Untuk sementara aku berhasil melepaskan ketegangan. Walaupun demikian aku agak kecewa karena gagal menyetubuhinya.
“Kenapa sih Wina engga mau ?” kataku setelah kami selesai mandi.
“Sumpah Mas, saya belum pernah begituan”
“Justru belum pernah, ayo kita coba”
“Huu… enak di lu engga enak di gua. Sama pacar aja engga begitu. Ini pacar bukan, masa minta”
“Sama pacar kamu belum pernah juga” mataku meneliti buah dadanya yang naik turun mengikuti irama nafasnya.
“Sama siapapun” sahutnya sambil menutup buah itu dengan kutangnya.
“Kalau pacaran ngapain aja ?” tanyaku lagi sambil menyelipkan tanganku ke Bhnya meremas dada.
“Ah..”tampiknya.
‘Ya … kaya… tadi” jawabnya. Lalu ia cerita tentang pacarnya yang selalu minta bersetubuh dan ia selalu menolaknya.
“Kenapa engga mau”
“Habis… dia engga mau nikahin. Udah punya isteri”
“Oooh. Milih pacar udah punya isteri”
“Habisnya saya suka”
Obrolan beralih tentang pekerjaannya. Katanya, kerjanya berat, hari liburpun harus masuk, tapi gajinya tak sesuai.
“Cariin kerjaan dong Mas”
“Agak susah sekarang. Kecuali… ”
“Kecuali apa ?”
“Kecuali kalau kamu mau kasih itu kamu”
“Weee… sory aja ya” Wina selesai memakai kembali kemejanya.
“Susah kalau begitu”
“Pulang yuk, Mas” ajaknya setelah rapi kembali.
“Sebentar… dong” Aku masih bugil.
“Cepet pakaian, Mama suka nanyain kalau kesorean”
“Kapan ke sini lagi” Aku masih penasaran pengin meniduri Wina.
“Gimana nanti aja”
“Saya telepon ya”
“Jangan. Nanti Boss marah. Biar saya yang nelepon Mas” Setidaknya aku masih punya harapan untuk menidurinya.Wina minta diturunkan di pertigaan Gegerkalong. Sebelumnya kuselipkan uang.
“Buat jajan”
“’Ma kasih”

Hari-hari berikutnya sia-sia saja aku menunggu telepon Wina. Aku dibuat penasaran sama cewe satu ini.
Ingin aku meneleponnnya ke Restoran itu. Tapi aku khawatir kalau ia kena marah Bossnya, lalu tak mau lagi menemuiku, maka lepaslah buruanku. Memang dibutuhkan kesabaran kalau kita memburu cewe. Sampai suatu hari, 6 hari setelah di hotel GE itu Wina menelepon ke kantor pagi jam 10.00. Minggu ini gilirannya kerja sore.
Ini dia kesempatan tiba. Dia minta saya menunggu di depan NHI pukul 11.00.
Singkat cerita, jadilah aku bawa Wina kali ini ke Hotel LGI, masih di Jalan Setiabudi. Agak riskan sebenarnya ke hotel ini, sebab tak ada garasi khusus seperti di GE. Tapi Wina tak mau lagi ke GE, tanpa
menyebutkan alasannya. Aku nekat saja, daripada engga dapat Wina. Aku hanya punya waktu 2.5 jam, soalnya Wina harus sampai ke tempat kerja pukul 15 tepat.
Kembali aku mulai menciumi dan membuka kancing kemeja seragamnya sesampai kami di dalam kamar. Kali ini tak ada perlawanan, dengan mudah aku membuka kemeja dan kemudian BH-nya. Selesai mengeksplorasi sepasang buah yang menggiurkan itu, kubaringkan Wina ke tempat tidur. Waktu aku menelanjangi diri, Wina bahkan
melepas roknya sendiri dan melipatnya dengan rapi. Maklum, habis ini ia langsung kerja. Dengan berbugil, kutindih tubuh mulus Wina yang hanya berCD itu. Kelaminku kuletakkan tepat diselangkangannya, lalu kugoyang.
Sementara mulutku tak lepas dari puting mungil merah jambu yang telah mengeras itu. Kali ini aku harus bisa menembus vaginanya. Kutelusuri hampir seluruh permukaan kulit mulus itu. Penisku sudah tegang maksimum. Tibalah saatnya, kutarik celananya, tapi Wina masih menahannya. Dengan sedikit paksaan, CD itu akhirnya lepas juga. Hatiku bersorak. Aku pasti dapat kali ini.
Bukan main ! Vagina itu menunjukkan keremajaan Wina. Permukaannya bersih, hanya sangat sedikit ditumbuhi bulu-bulu halus. Oh Wina… bahkan jembutmupun belum tumbuh ! Kuusap permukaan vaginanya, kusentuhkan jariku ke pintunya yang ternyata membasah. Lalu, sambil menyentuh kelentit yang tak begitu kelihatan (karena begitu kecilnya) , ujung jariku sampai ke pintu vaginanya. Spontan Wina menutup pahanya dan menarik tanganku. Okey, aku lalu menindihnya lagi.
Kugesekkan kepala penisku ke pintu itu, lalu dengan perlahan kudorong.
“Ah… ” teriaknya kecil sambil pantatnya digeser mundur.
“Jangan dimasukin Mas… ”
“Engga.. engga… cuma digeser-geser aja” Ditengah gesekan, kembali aku coba menusuk. Lagi-lagi Wina mundur.
“Jangan ! Sakit… ” katanya sambil cemberut lalu bangkit mencari-cari CDnya. Wah gawat nih kalau dia
ngambek, bisa gagal lagi aku.
“Iya… iya… deh, saya engga masukin” kataku sambil mengembalikan posisi terlentangnya. Kubuka pahanya
lagi,
kutempelkan lagi penisku dan kugeser-geser naik turun, dan kadang-kadang sedikit menekan. Sebenarnya, pada posisi menekan itu kepala penisku sudah masuk, hanya kalau aku tekan lagi kontan Wina akan mundur kesakitan sambil mengancam akan “udahan”. Terpaksalah aku hanya menikmati gesekan pada kepala penisku, tapi lama-lama keteganganku naik juga, ada rasa geli-geli juga, ada rasa melayang juga, dan… aku ejakulasi di perut Wina sambil mencengkeram tubuhnya erat-erat.
Apa boleh buat, setiap aku mulai menusuk Wina selalu menghindar. Bagaimanapun ada kemajuan, Wina sudah bersedia berbugil dan melayaniku sampai ejakulasi walau kelaminku tak sampai masuk ke dalam, hanya di permukaan mulut vaginanya. Dia tak mau kehilangan keperawanannya. Dari pembicaraan setelah itu, terungkap
bahwa Wina tetap mau melayaniku asal dengan cara seperti itu, dan ternyata ia membutuhkan “uang jajan” untuk tambahan gajinya yang tak mencukupi.
Tentu saja aku kurang puas, mauku ya… sampai “tuntas”, hubungan kelamin. Jadi, waktu Wina meneleponku lagi beberapa hari sesudahnya, akupun minta syarat : penisku harus masuk tuntas. Wina tetap tak mau, akupun menolak ajakannya. Sayang memang menolak tubuh remaja ranum yang mulus itu. Sampai kira-kira sebulan setelah pertemuan kedua di LGI itu, Wina menelepon lagi…
“Boleh, asal Wina mau sampai tuntas” jawabku atas ajakannya untuk bertemu lagi.
Sebenarnya, dengan cara ejakulasi seperti sebelumnya akupun mau. Tubuh ranumnya membuatku kangen.
“Seperti biasa aja, Mas”
“Engga mau ah” Aku tahan harga.
“Kan pokoknya Mas bisa keluar”
“Iya… tapi beda, dong”
“Beda apanya”
“Lebih nikmat kalau tuntas”
“Tolong, dong Mas, engga punya duit nih”
Akhirnya akupun mengalah, daripada tak ada “sasaran” sama sekali, sekaligus bisa menolong Wina dan memang aku rindu tubuh mulusnya !
Di tengah perjalanan menuju ke Setiabudi, Wina nyeletuk”Jangan ke sana lagi, Mas”
“Lho, kenapa ?”
“Yaa… pokoknya jangan deh”
“Atau ke GE aja”
“Jangan juga”
“Kenapa sih ?”
“Saya engga mau dua kali di tempat yang sama, takut ketahuan” penjelasan yang masuk akal.
Aku berpikir keras, kemana ? Oh ya. Kuputar mobilku 180 derajat, ke arah bawah, ke kawasan Dago, di hotel BD. Di hotel ini hanya ada satu kamar yang aman dan nyaman, paling depan letaknya. Mudah-mudahan saja tidak sedang dipakai oleh para peselingkuh lain. Kamar ini occupancy rate-nya bisa di atas 100 % ! Setelah pelayan menutup rolling door, baru Wina berani turun dari mobil. Masuk kamar, langsung kukunci dan Wina kusergap.
“Entar dulu, nanti ada yang masuk, lho” Memang, biasanya pelayan akan mengantarkan handuk, sabun, air minum, dan kuitansi.
“Udah dikunci”
Sambil duduk, kamipun berciuman. Telepon berdering. Aku melepas. Resepsionis menanyakan apakah aku mau bermalam atau hanya “istirahat” saja. Tarif istirahat 75% dari tarif semalam, aku bisa memakai selama 4 jam.
Penisku telah tegang, maklum sudah 3 hari aku tak menggunakannya. Sambil menghampiri Wina, kubuka resleting celanaku, kukeluarkan isinya. Kudekatkan ke muka Wina yang masih duduk di kursi, digenggam sebentar, kemudian dielus-elus. Tiba-tiba ditariknya kontolku mendekat sampai aku hampir hilang keseimbangan, dan… langsung dimasukkan ke mulutnya ! Kejutan ! Dari dua kali pertemuan sebelumnya, berkali-kali aku minta Wina untuk melakukan oral-sex tapi tak pernah mau. Sekarang, tanpa diminta dia malah “melahap”. Kelihatan Wina belum berpengalaman melakukan oral, gerakannya sangat “sederhana”. Tapi aku merem-melek juga.
Baru beberapa kali kuluman, pintu diketuk. Buru-buru Wina melepas penisku dan aku “menyimpannya” kembali.
Pelayan membawakan barang-barang yang aku bilang tadi, aku membayar, pintu kukunci lagi, dan kontol kukeluarkan lagi.
“Udah ah” kata Wina menolak. Anak ini aneh, tanpa diminta ia mengulum, giliran aku mau, ia menolak. Waktu kusodorkan lagi penisku kemulutnya, Wina malah berdiri dan menciumku. Sambil bermain lidah kupereteli pakaiannya satu persatu sampai telanjang bulat, lalu kutuntun ke kasur. Aku cepat-cepat berbugil.
Kutindih tubuh ranum itu, sementara mulutku menelusuri lehernya, lalu turun ke belahan dadanya, terus bergerak ke buah dada kanan, dan berakhir dengan jilatan lidah pada puting kecil merah jambu itu.
Beberapa saat kemudian puting itu mulai menonjol dan mengeras.
Sambil mengemoti puting, tanganku bergerak merayapi pinggangnya dan terus ke bawah ke pahanya, lalu keselangkangan. Permukaan vagina yang baru tumbuh sedikit rambut halus itu kutelusuri dengan tangan.
Kemudian, perlahan jariku menyentuh kelentit (yang juga kecil) dan ke bawah sedikit sampai ke pintu vagina yang ternyata sudah basah. Ketika jariku mulai memasuki pintu, Wina langsung menggeser pantatnya sambil menutupkan kakinya.
Kutarik tanganku dan sampai ke dada kiri, kuremas buah kenyal itu, sementara mulutku belum lepas dari dada kanannya. Lutut kuselipkan diantara pahanya sehingga pahanya kembali membuka. Fungsi tangan yang tadi aku ganti dengan kontol. Kutindih selangkangannya dengan penisku yang sudah keras maksimum. Seperti yang sudah-sudah aku hanya mengosokkan kepala penisku ke pintu vaginanya sambil sesekali mencoba masuk.
Lagi-lagi Wina menarik pinggulnya menghindar.Aku sudah tak tahan, nafsuku sudah sampai puncak, ingin masuk sekarang juga ! Aku melepaskan buah dadanya dan bangkit. Dengan bertumpu pada lututku, kubuka paha Wina lebih lebar, lalu kutempatkan lagi
penisku ke lubang vaginanya dan kudorong. Lagi-lagi Wina menghindar.
“Engga-engga, saya engga masukin, cuma kepalanya aja seperti kemarin” kataku sambil terengah karena nafsu yang memuncak. Setelah kepalaku masuk, kurebahkan tubuhku, dan kugoyang pantatku maju mundur. Tentu saja goyangan pendek, sebab penisku hanya di sekitar pintu vagina saja.
Ah, kalau begini terus apa enaknya. Aku nekat. Bangkit lagi bertumpu pada lutut, kutusuk vagina Wina kuat-kuat.
“Aahh, kasar begitu sih… ”
“Sory… Win, habis engga tahan”
Dengan lebih pelan tapi dengan kekuatan yang sama, kembali aku menusuk. Bless… Kepala penisku masuk.
Kelihatannya masuknya kepala penisku ini seperti pertemuan kedua minggu lalu, tapi jepitannya terasa lebih erat, jangan-jangan sudah masuk nih. Aku memeriksa ke bawah, kepala itu sudah hilang ditelan vagina Wina, diujung pintu itu hanya nampak leher kelaminku. Mungkinkah aku sudah menembus perawannya ? Tapi
mana darahnya ? Lagi pula Wina tak menghindar seperti biasanya. Pembaca, dalam kondisi begini jelas tak ada hal lain yang bisa kulakukan selain terus menusuk ! Tapi mentok. Seakan tak ada lubang lagi di dalam
sana. Akupun menarik pelan-pelan penisku untuk kemudian mulai mengocok, perlahan.
“Eeeefffff” Wina melenguh sambil mengatubkan bibirnya. Mungkin dia mulai menikmati kocokan pelanku.
Setelah beberapa kali kocokan, dengan masih bertumpu pada lututku, aku mulai menusuk lagi. Kali ini dengan tenaga penuh. Bleeessss… kulirik ke bawah, separuh kontolku sudah tenggelam ! Kontolku benar-benar
terjepit kuat ! Tapi masih belum ada darah. Ah, peduli amat dengan darah, yang penting… nikmat! Aku mulai mengocok lagi. Jelas kali ini lebih nikmat, karena gesekan dinding vagina Wina terasa lebih panjang dikontolku. Wina kulihat memalingkan wajahnya ke kanan sambil menggigit jarinya. Aku rasa ia juga menikmati
kocokanku. Sambil mengocok pelan, secara bertahap aku memperdalam jangkauan penisku ke dalam vagina Wina sampai seluruh batang kontolku habis ditelan. Hatiku bersorak.
Akhirnya, Aku berhasil juga menyetubuhi remaja ranum ini. Aku benar-benar berhubungan kelamin sekarang !
Ooohhhh… Betapa nikmatnya vagina perawan si remaja ranum ini. Syaraf-syaraf di seluruh permukaan penisku merasakan cengkeraman dinding-dinding vaginanya. Berbeda dengan wanita-wanita yang pernah kutiduri sebelumnya, vagina mereka umumnya “tak ada remnya” sehingga agak susah penisku mencari-cari gesekan
meskipun dengan berbagai macam gaya. Si ranum ini lain. Jepitan dinding vaginanya begitu “pakem” walaupun aku dengan gaya “standar”. Aku belum perlu mempercepat
kocokanku. Dengan kocokan pelan, gesekan vaginanya bisa lebih kunikmati. Terlalu sayang untuk dilewatkan.
Masalahnya cuma dalam hal mengocok aku menyukai variasi, baik kecepatan maupun “gaya”.
“Aaau… ” terdengar jeritan kecil Wina ketika Aku mulai mengubah kocokan dengan memutar.
Lalu kembali ke gaya semula, mengocok perlahan.
“Jangan… keluarin di..dalam… ya… Mas… ” kata Wina tersendat ketika aku mulai mempercepat kocokanku. Entah karena aku mempercepat kocokan atau karena pengaruh perkataan Wina tentang “keluarin”, mendadak aku merasa geli-geli hampir ke puncak.
Akupun kembali memperlambat. Tapi rasa ke puncak tak berkurang juga. Mungkin saatnya memang hampir tiba. Kocokan kupercepat lagi.
“Maaaassss… ” kali ini teriakannya agak keras. Aku tak peduli, saat puncak sudah dekat, justru makin kupercepat.
Aku melayang-layang, dan… sedetik sebelum puncak kucabut kontolku dari vagina Wina.
“Aaauufffffff” kini Wina benar-benar teriak. Aku rebah di tubuh Wina, dan… sroottt… sroottt… sroottt.
Kutumpahkan maniku di perut Wina. Aku masih merasa terbang. Terbang nikmat…
Menit-menit berikutnya aku masih tak berkutik di atas tubuh Wina. Kulirik ke bawah, banyak juga aku menyemprotkan mani. Kontolku masih agak tegang terjepit di antara perut kami, juga basah. Basahnya yang membuat aku heran, kenapa basah hanya oleh cairan bening agak putih, tak ada warna merah. Penasaran aku
bergeser “memeriksa” vagina Wina dan sprei di bawahnya. Basah yang sama, tak ada warna merah. Dari jepitan dan cengkeraman vagina, kemudian ada rasa mentok waktu tadi masuk, aku yakin tadi telah menembus perawan Wina. Kenyataannya lain. Seseorang telah mendahuluiku. Seseorang telah memecahkan selaput dara
Wina. Aku jadi berang.
“Siapa dan kapan” tanyaku menyelidik.
“Apanya… ”
“Ayolah… terus terang aja Win… ”
“Emang beda gitu ?”
“Jelas beda… dong” sebenarnya, aku tak merasakan perbedaan jepitan tadi dengan ketika aku memerawani seseorang 5 tahun yang lalu.
“Siapa… Win ?”
“Apa bedanya ?” malah balik bertanya.
“Walaupun sedikit, punyamu harusnya berdarah” kataku. Wina diam saja. Agak lama, kemudian…
“Sama pacar saya” akhirnya ia mangak.
“Kapan ?”
“Seminggu yang lalu”
“Kenapa engga dikasih ke saya” Wina tak menjawab.
Perawannya diberikan ke siapa saja itu hak Wina, cuma aku kecewa berat. Terlambat. Kehilangan kesempatan emas yang telah lama aku inginkan. Coba aku dulu engga “ngambek” tak mau menghubungi Wina, aku bisa mendapatkannya. Cuma selisih satu minggu. Bagaimana tak kecewa ?
Beberapa menit kemudian Wina bangkit menuju kamar mandi dengan masih bugil. Kuperhatikan sosok tubuh
mulus itu dari belakang. Sungguh tubuh yang menggairahkan, sayang aku gagal sebagai orang pertama yang menikmati tubuh ranum itu.
Keluar dari kamar mandi dengan hanya berbalut handuk putih, Wina kelihatan segar. Ukuran handuk hotel BD ini kecil, sehingga hanya sanggup menutupi separoh dadanya sementara di bagian bawah hanya pas menutupi vagina. Sepasang paha mulus itu terbuka penuh. Belahan dada segar itu tampak ketika ia memunguti CD dan
Bhnya.
Memperhatikan gerakan-gerakan tubuhnya sewaktu memakai celana dalam dan kutangnya membuat aku terangsang lagi. Kulihat jam, masih ada waktu sekitar 40 menit. Dengan masih berbugil segera kupeluk Wina yang baru
selesai mengenakan kutang dari belakang. Kuciumi leher belakangnya dan kuremas dadanya.
“Sekali lagi ya Win… ”
“Eeh… Mas… saya kan harus kerja”
“Masih ada waktu” kataku sambil sambil menggosokkan kelaminku ke pantatnya.
“Nanti telat Mas… ”
“Engga… sebentar aja”
Kulepaskan kembali Bhnya, lalu kuputar tubuhnya dan dadanya kusergap. Wina tak menolak, mungkin karena tadi merasa bersalah. Cdnya kupelorotkan, lalu kubimbing kembali ke kasur. Aku menidih. Aku menggoyang.
Aku masuk. Aku mengocok, berputar, menggoyang… lalu mencabut. Aku ingin posisi lain.
Aku rebah terlentang. Wina nurut saja ketika kusuruh menduduki badanku, memasukkan kelaminku ke vaginanya. Dengan posisi jongkok menghadapku Wina turun-naik sementara aku mencengkeram kedua buah kembarnya.
“Aaahhhh… sakit… Mas… ” Katanya sambil hendak mencabut. Aku buru-buru menekan pinggulnya ke bawah supaya
nancap lagi.
“Goyang Win… ” Wina menggoyang.
“Engga enak… sakit… Saya di bawah aja Mas”
Kutarik badan Wina rebah di tubuhku. Tanganku memeluk erat. Aku ingin berganti posisi tanpa mencabut.
Dengan tubuh menyatu, kami berguling. Pompaan kupercepat.
“Jangan… telat nyabutnya… ya… ”
Dan… aku terbang di awan.
Persis pukul 15 kurang tujuh menit Wina kuturunkan di depan restoran. Dengan bergegas Wina masuk…
Hari-hari berikutnya hubungan kami berlanjut. Nomor telepon rumahnya sudah di tanganku, cuma aku harus
hati-hati kalau kebetulan Mamanya yang angkat telepon. Wina tetap tak bersedia ditelepon ke tempat kerjanya.
Kalau “adikku” sedang nakal, aku meneleponnya, sebaliknya kalau Wina butuh tambahan uang jajan, dia menelponku.
Sesekali aku hanya memberi uang tanpa meminta “pelayanannya”. Kalau aku ingin “keluar di dalam”, kugunakan kondom untuk menjaga hal-hal yang tak kuinginkan.
Kini, empat tahun kemudian, kami sudah jarang ketemu. Pertemuan terakhir kira-kira 5 bulan lalu Wina sedikit kurus. Kekenyalan buah dadanya berkurang. Wina masih sendiri, masih tinggal bersama mamanya.

Cerita Sex - PERAWAN DIBUAT BECEK DENGAN KONTOLKU

 -AGEN JUDI BOLA Perbedaan umur kami sekitar 8 tahun, dan dia baru saja lulus dari univ swasta terkenal di Jakarta. Kami kenalan pada saat aku sedang mempersiapkan acara untuk perpisahan kelas 3 di SMA-ku. SMAku di kawasan Jakarta Barat. Dan pada saat itu Muki sedang menemani adiknya yang kebetulan panitia perpisahan SMA kami. Pada saat itu Muki hanya melihat-lihat persiapan kami dan duduk di ruangan sebelah.



Oh ya, sampai lupa memperkenalkan diri. Perkenalkan nama panggilanku Maya. umurku 18 tahun (SMA kelas 3). Tinggiku lumayan sekitar 168 cm dan warna kulitku kuning bersih. Rambutku pendek sebahu, dan dadaku tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil juga. Sangat proporsional antara tinggi dan berat badanku. Kata orang-orang aku sangat cocok untuk seorang model. Dan aku belum mempunyai pacar. Aku anak ke 3 dari 4 bersaudara dan semua perempuan. Kakak-kakakku semua sudah mempunyai pacar, kecuali adikku yang paling kecil kelas dua SMP. OK dilanjut ya
Akhirnya pada saat istirahat siang, inilah pertama kalinya kami ngobrol-ngobrol. Dan pada saat kenalan tersebut kami sempat menukar nomor telepon rumah. Kira -kira 3 hari kemudian, Muki menelepon ke rumahku.
“Hallo selamat sore, bisa bicara dengan Maya, ini dari Muki.”
“Ada apa, kok tumben mau nelepon ke sini, aku kira sudah lupa.”
“Gimana kabar kamu, mana mungkin aku lupa. Hmm, May ada acara nggak malam minggu ini.”
Aku sempat kaget Muki mengajakku keluar malam minggu ini. Padahal baru beberapa hari ini kenalan tapi dia sudah berani mengajakku keluar. Ah, biarlah, cowok ini memang idamanku kok.
“Hmmm… belum tau, mungkin nggak ada, dan mungkin juga ada,” jawabku.



“Kenapa bisa begitu,” balas Muki.
“Ya, kalaupun ada bisa dibatalin seandainya kamu ngajak keluar, dan kalo batal acaranya aku bakalan akan nggak terima telpon kamu lagi,” balasku lagi.
“Ooo begitu, kalau gitu aku jemputnya ke rumahmu, sabtu sore, kita jalan-jalan aja. Di mana alamat rumahmu.”
Kemudian aku memberikan alamat rumahku di kawasan Maruya. Dan ternyata rumah Muki tidak begitu jauh dari rumahku. Ya, untuk seukuran Jakarta, segala sesuatunya dihitung dengan waktu bukan jarak.
Tepat hari sabtu sore, Muki datang dengan kendaraan dan parkir tepat di depan rumahku. Setelah tiga puluh menit di rumah, ngobrol -ngobrol dan pamitan dengan orang rumah, akhirnya kami meninggalkan rumah dan belum tahu mau menuju ke mana. Di dalam mobil kami berdua, ngobrol sambil ketawa-ketawa dan tiba-tiba Muki menghentikan mobilnya tepat di lapangan tenis yang ada di kawasan Jakarta Barat.
“May, kamu cantik sekali hari ini, boleh aku mencium kamu,” bisik Muki mesra.


-Berita BOLA   “Muk, apa kita baru aja kenalan, dan kamu belum tau siapa aku dan aku belum tau siapa kamu sebenarnya, jangan-jangan kamu sudah punya pacar.”
“Kalo aku sudah punya pacar, sudah pasti malam minggu ini aku ke tempat pacarku.”
“Muk, terus terang semenjak pertama kali melihat kamu aku langsung tertarik.”
Tiba-tiba tangan Muki memegang tanganku dan meremasnya kuat -kuat.”Aku juga May, begitu melihat kamu langsung tertarik.”
Dan Muki menarik tanganku hingga badanku ikut tertarik, lalu Muki memelukku erat-erat dan mencium rambutku hingga telingaku. Aku merinding dan tiba-tiba tanpa kusadari bibir Muki sudah ada di depan mataku. Dan pelan-pelan Muki mencium bibirku. Pertama-tama, sempat kulepaskan. Karena inilah pertama kali aku dicium seorang laki-laki. Dan tanpa pikir panjang lagi, aku yang langsung menarik badan Muki dan mencium bibirnya. Ciuman Muki sepertinya sudah ahli sekali dan membuatku begitu bernafsu untuk menarik lidahnya. Oh.. betapa nikmatnya malam ini. Dan, lama-kelamaan tangan Muki mulai meraba sekitar dadaku.
“Jangan Muk, aku tidak mau secepat ini, lagi pula kita melakukannya di depan jalan, aku malu Muk,” jawabku.
Sebenarnya aku ingin dadaku diremas oleh Muki karena aku sudah mengidam-idamkan dan sudah membayangkan apa yang akan terjadi berikutnya.
“May, bagaimana kalau kita nonton aja. Sekarang masih jam setengah delapan dan film masih ada kok.”
Akhirnya aku setuju. Di dalam bioskop kami mencari tempat posisi yang paling bawah. Muki sepertinya sudah sangat pengalaman dalam memilih tempat duduk. Dan begitu film diputar, Muki langsung melumat bibirku yang tipis. Lidah kami saling beradu dan aku membiarkan tangan Muki meraba di sekitar dadaku. Walaupun masih ditutupi dengan baju.
Tiba-tiba Muki membisikkan sesuatu di telingaku, “May, kamu membuat nafsuku naik.”


“Aku juga Muk,” balasku manja.
Dan Muki menarik tanganku dan mengarahkan tanganku ke arah penisnya. “Astaga,” pikirku. Ternyata diluar dugaanku, penis Muki sudah sangat tegang sekali. Dan aku tidak menyia-nyiakan kesempatan yang pertama kali ini. “Teruskan may, remas yang kuat dan lebih kuat lagi.” Tak lama kemudian, tangan Muki sudah berhasil membuka bajuku. Kebetulan saat itu aku memakai kemeja kancing depan. Sehingga tidak terlalu susah untuk membukanya. Kebetulan aku memakai BH yang dibuka dari depan.
Akhirnya tangan Muki berhasil meremas susuku yang baru pertama kali ini dipegang oleh seseorang yang baru kukenal. Muki meremasnya dengan lembut sekali dan sekali-kali Muki memegang puting susuku yang sudah keras. “Teruskan Muk, aku enak sekali..” Dan tanpa sengaja aku pun sudah membuka reitsleting celananya, yang pada saat itu memakai celana kain. “Astaga,” pikirku sekali lagi, tanganku dibimbing Muki untuk memasuki celana dalam yang dipakainya. Dan sesaat kemudian aku sudah meremas-remas penis Muki yang sangat besar. Kami saling menikmati keadaan di bioskop waktu itu. “Teruskan Muk, aku enak sekali..” Tidak terasa film yang kami tonton berlalu dengan cepat. Dan akhirnya kami keluar dengan perasaan kecewa.
“Kita langsung pulang ya May sudah malam,” pinta Muki.
“Muk, sebenarnya aku belum mau pulang, lagian biasanya kakak-kakakku kalau malam mingguan pulangnya jam 11:30 malam, sekarang masih jam 10:15, kita keliling-keliling dulu ya.” bisikku mesra.
Sebenarnya dalam hatiku ingin sekali mengulang apa yang sudah kami lakukan tadi di dalam bioskop. Namun rasanya tidak enak bila kukatakan pada Muki. Mudah-mudahan Muki mengerti apa yang kuinginkan.
“Ya, sudah kita jalan-jalan ke senayan aja, sambil ngeliat orang-orang yang lagi bingung juga,” balas Muki dengan nada gembira. Sampai di senayan, Muki memarkirkan mobilnya tepat di bawah pohon yang jauh dari mobil lainnya. Dan setelah Muki menghentikan mobilnya, tiba-tiba Muki langsung menarik wajahku dan mencium bibirku. Kelihatannya Muki begitu bernafsu melihat bibirku. Sebenarnya inilah waktu yang kutunggu-tunggu. Kami saling melumat bibir dan permainan lidah yang kami lakukan membuat gairah kami tidak terbendung lagi.
Tiba-tiba Muki melepaskan ciumannya.
“May, aku ingin mencium susumu, bolehkan..”
Tanpa berkata sedikit pun aku membuka kancing kemejaku dan membuka kaitan BH yang kupakai. Terlihat dua gundukan yang sedang mekar -mekarnya dan aku membiarkannya terpandang sangat luas di depan mata Muki. Dan kulihat Muki begitu memperhatikan bentuk bulatan yang ada di depan matanya. Memang susuku belum begitu tumbuh secara keseluruhan, tapi aku sudah tidak sabar lagi untuk dicium oleh seorang lelaki.
“May, apa ini baru pertama kali ada yang memegang yang menciumi susumu,” bisik Muki.
“Iya, Muk, baru kamu yang pertama kali, aku memberikan ke orang yang benar -benar aku inginkan,” balasku manja.
Tak lama kemudian, Muki dengan lembutnya menciumi susuku dan memainkan lidahnya di seputar puting susuku yang sedang keras. Aduh enak sekali rasanya. Inilah waktu yang tunggutunggu sejak lama. Nafsuku langsung naik pada saat itu.
“Jangan berhenti Muk, teruskan ya… aku enak sekali..” Dan tanganku pun dibimbing Muki untuk membuka reitsleting celananya. Dan aku membukanya.
Kemudian Muki mengajak pindah tempat duduk dan kami pun pindah di tempat duduk belakang. Sepertinya di belakang kami bisa dengan leluasa saling berpelukan. Baju kemejaku sudah dilepas oleh Muki dan yang tertinggal hanya BH yang masih menggantung di lenganku. Reitsleting celana Muki sudah terbuka dan tiba-tiba Muki menurunkan celananya dan terlihat jelas ada tonjolan di dalam celana dalam Muki. Dan Muki menurunkan celana dalamnya. Terlihat jelas sekali penis Muki yang besar dan berwarna kecoklatan. Ditariknya tanganku untuk memegang penisnya. Dan aku tidak melepaskan kesempatan tersebut. Muki masih terus menjilati susuku dan sekali-kali Muki menggigit puting susuku.
“Muk, teruskan ya… jilat aja Muk, sesukamu..” desahku tak karuan.
Sementara aku masih terus memegang penis Muki. Dan sepertinya Muki makin bernafsu dengan permainan seksnya. Akhirnya Muki sudah tidak tahan lagi.
“May, kamu isap punyaku ya… mau nggak?”
“Isap bagaimana..”
“Tolong keluarin punyaku di mulutmu.”
Sebenarnya aku masih bingung, tapi karena penasaran apa yang dimaui Muki, maka aku menurut saja apa permintaannya. Dan Muki merubah posisi duduknya, Muki menurunkan kepalaku hingga aku berhadapan langsung dengan kepunyaan Muki.
“Muk, besar sekali punyamu.”
“Langsung aja may, aku sudah tidak tahan..”
Aku langsung mengulum pelan-pelan kepunyaan Muki. Inilah pertama kali aku melihat, memegang dan mengisap dalam satu waktu. Aku menjilati dan kadang kutarik dalam mulutku kepunyaan Muki. Sekali-kali kujilati dengan lidahku. Dan sekali-kali juga kujilati dan kuisap buah kepunyaan Muki. Aku memang menikmati yang namanya penis. Mulai dari atas turun ke bawah. Dan kuulangi lagi seperti itu. Dan kepala penis kepunyaan Muki aku jilatin terus. Ah… benar-benar nikmat.
Sekitar lima menit aku menikmati permainan punya Muki, tiba-tiba, Muki menahan kepalaku dan menyuruhku mengisap lebih kuat. “Terus May, jangan berhenti, terus isap yang kuat, aku sudah tidak tahan lagi..” Dan tidak lama setelah itu, Muki mengerang keenakan dan tanpa sadar, keluar cairan berwarna putih dari penis Muki. Apakah ini yang namanya sperma, pikirku. Dalam keadaan masih keluar, aku tidak bisa melepaskan penis Muki dari mulutku, aku terus mengisap dan menyedot sperma yang keluar dari penis Muki.
Ah… rasa dan aromanya membuatku ingin terus menikmati yang namanya sperma. Aku pun tidak bisa melepaskan kepalaku karena ditahan oleh Muki. Aku terus melanjutkan isapanku dan aku hanya bisa melebarkan mulutmu dan sebagian cairan yang keluar tertelan di mulutku. Dan Muki kelihatan sudah enak sekali dan melepaskan tangannya dari kepalaku.
“May, aku sudah keluar, banyak ya..”
“Banyak sekali Muk, aku tidak sanggup untuk menelan semuanya, karena aku belum biasa.”
“Tidak apa-apa May..”
Kemudian Muki mengambil cairan yang terbuang di sekitar penisnya dan menaruh ke susuku. Aku pun memperhatikan kelakuan Muki. Dan Muki mengelus-elus susuku. Akhirnya jam sudah tepat jam 11 malam. Dan aku diantar oleh Muki tepat jam 11 lewat 35 menit. Karena besoknya kami berjanji akan ketemu lagi. Malamnya entah mengapa aku sangat sulit sekali tidur. Karena pengalamanku yang pertama membuatku penasaran, entah apa yang akan kulakukan lagi bersama Muki esoknya.Dan, malam itu aku masih teringat akan penis Muki yang besar dan aroma sperma serta ingin rasanya aku menelan sekali lagi. Ingin cepat-cepat kuulangi lagi peristiwa malam itu.
Besoknya dengan alasan ada pertemuan panitia perpisahan, aku akhirnya bisa keluar rumah.Akhirnya sesuai jam yang sudah ditentukan, Muki menjemputku dan Muki membawaku ke suatu tempat yang masih teramat asing buatku.
“Tempat apa ini Muk,” tanyaku.
“May, ini tempat kencan, daripada kita kencan di mobil lebih bagus kita ke sini aja, dan lebih
aman dan tentunya lebih leluasa. Kamu mau.”
“Entahlah Muk, aku masih takut tempat seperti ini.”
“Kamu jangan takut, kita tidak keluar dari mobil. Kita langsung menuju kamar yang kita pesan.”
Dan sampai di garasi mobil, kami keluar, dan di garasi itu hanya ada satu pintu. Sepertinya pintu itu menuju ke kamar. Benar dugaanku. Pintu itu menuju ke kamar yang sudah dingin dan nyaman sekali, tidak seperti yang kubayangkan. Terlihat ada kulkas kecil, kamar mandi dengan shower, dan TV 21, dan tempat tidur untuk kapasitas dua orang.
“Maya, kita santai di sini aja ya… mungkin sampai sore atau kita pulang setelah magrib nanti, kamu mau..” pinta Muki.
“Aku setuju saja Muk, terserah kamu.”
Setelah makan siang, kami ngobrol-ngobrol dan Muki membaringkan badanku di tempat tidur. “May, kamu mau kan melakukannya sekali lagi untukku.” Aku setuju. Sebenarnya inilah yang membuatku berpikir malamnya apa yang akan kami lakukan berikutnya. Muki berdiri di depanku, dan melepaskan kancing kemejanya satu persatu, dan membuka celana panjang yang dipakainya. Terlihat sekali lagi dan sekarang lebih jelas lagi kepunyaan Muki daripada malam kemarin. Ternyata kepunyaan Muki lebih besar dari yang kubayangkan. Dan, dalam sekejap Muki sudah terlihat bugil di depanku.
Muki memelukku erat-erat dan membangunkanku dari tempat tidur. Sambil mencium bibirku, Muki menarik ke atas baju kaos ketat yang kupakai. Dan memelukku sambil melepaskan ikatan BH yang kupakai. Dan pelan-pelan tangan Muki mengelus susuku yang sudah keras. Dan lama -kelamaan tangan Muki sudah mencapai reitstleting celanaku dan membuka celanaku. Dan menurunkan celana dalamku. Aku masih posisi berdiri, dan Muki jongkok tepat di depan vaginaku. Muki memandangku dari arah bawah. Sambil tangannya memeluk pahaku.
“May, bodi kamu bagus sekali.”
Muki sekali lagi memperhatikan bulu-bulu yang tidak terlalu lebat dan menciumi aroma vaginaku.
“May, seandainya hari ini perawanmu hilang, kamu bagaimana.”
“Terserah kamu Muk, aku tidak peduli tentang perawanku, aku ingin menikmati hari ini, denganmu berdua, dan aku kepengen sekali melakukannya denganmu..” Akhirnya aku pasrah apa yang dilakukan oleh Muki.
Kemudian Muki meniduriku yang sudah tidak memakai apa-apa lagi. Kami sudah sama-sama bugil. Dan tidak ada batasan lagi antara kami. Muki bebas menciumiku dan aku juga bebas menciumi Muki. Kami melakukannya sama-sama dengan nafsu kami yang sangat besar. Baru pertama kali ini aku melakukannya seperti hubungan suami istri. Muki menciumi seluruh tubuhku mulai dari atas turun ke bawah. Begitu bibir Muki sampai di vaginaku yang sudah sangat basah, terasa olehku Muki membuka lebar vaginaku dengan jari-jarinya.
Ah… nikmat sekali. Seandainya aku tahu senikmat ini, ingin kulakukan dari dulu. Ternyata Muki sudah menjilati klitorisku yang panjang dan lebar. Dengan permainan lidahnya di vaginaku dan tangan Muki sambil meremas susuku dan memainkan putingku, aku rasanya sudah sangat enak sekali. Sepertinya tidak kusia-siakan kenikmatan ini tiap detik. Muki sekali-kali memasukan jarinya ke vaginaku dan memasukkan lidahnya ke vaginaku.
Akhirnya dengan nafsu yang sudah tidak bisa kutahan lagi, kukatakan pada Muki.
“Muk, masukkan punyamu ke punyaku ya… masukannya pelan -pelan,” pintaku.
Muki lalu bangkit dari arah bawah. Dan menciumi bibirku.
“May, kamu sudah siap aku masukkan, apa kamu tidak menyesal nantinya.”
“Tidak Muk, aku tidak menyesal. Aku sudah siap melakukannya.”
Lalu Muki melebarkan kakiku dan terlihat jelas sekali punya Muki yang sangat besar sudah siap-siap untuk masuk ke punyaku. Vaginaku sudah basah sekali. Dan kubimbing penis Muki agar tepat masuk di lubang vaginaku. Pertama-tama memang agak sakit, tapi punyaku sepertinya sudah tidak terasa lagi akan sakit yang ada, lebih banyak nikmatnya yang kurasakan. Dengan dorongan pelan dan pelan sekali, akhirnya punya Muki berhasil masuk ke dalam lorong kenikmatanku.
“Oh… enak sekali,” jeritku.
Terasa seluruh lorong dan dinding vaginaku penuh dengan penis besar kepunyaan Muki. Dengan sekali tekan dan dorongan yang sangat keras dari penis Muki, membuat hari itu aku sudah tidak perawan lagi. Muki membisikkan sesuatu di telingaku, “May, kamu sudah tidak perawan lagi.”
“Ngga apa-apa Muk, jangan dilepas dulu ya…”
“Terus Muk, goyang lebih kencang, aku enak sekali..” Dengan posisi aku di bawah, Muki di atas, kami melakukannya lama sekali. Muki terus menciumi susuku yang sudah keras, penis Muki masih terbenam di vaginaku. Akhirnya puncak kenikmatanku yang pertama keluar juga.
“Muki sepertinya aku sudah tidak tahan lagi… aku mau keluar.”
“Keluarin terus May, aku tidak akan melepaskan punyaku.”
“Muk, aku tidak tahan lagi… a..ahh… aaahh.. aku keluar Muk, aku keluar.. keluar Muk..enaak sekali, jangan berhenti, teruskan… aaaa… aaaa..” Pada saat orgasme yang pertama, Muki langsung menciumi bibirku. Oh… benar -benar luar biasa sekali enaknya.
Akhirnya aku menikmati kehangatan punya Muki dan aku masih memeluk badan Muki. Walaupun udara di kamar itu sangat dingin, tapi hawa yang kami keluarkan mengalahkan udara dingin.
“May, aku masih mau lagi, tidak akan kulepaskan… sekarang aku mau posisi enam sembilan. Kamu isap punyaku dan aku isap punyamu.”
Kemudian kami berubah posisi ke enam sembilan. Muki bisa sangat jelas mengisap punyaku. Dan kelihatan kliotorisku yang sangat besar dan panjang.
“May punyamu lebar sekali.”
“Isap terus Muk, aku ingin mengeluarkan sekali lagi dan berkali-kali.”
Aku terus mengisap punya Muki sementara Muki terus menjilati vaginaku dan kami melakukannyasangat lama sekali. Penis Muki yang sudah sangat keras sekali membuatku bernafsu untuk melawannya. Dan permainan mulut Muki di vaginaku juga membuatku benar-benar terangsang dan sepertinya saat-saat seperti ini tidak ingin kuakhiri.
“Muk… aku mau keluar lagi… aku tidak tahan lagi honey…”
“Tahan sebentar May, aku juga mau keluar..”
Tiba-tiba Muki langsung merubah posisi. Aku di bawah dan dia di atas. Dengan cepat Muki melebarkan kakiku, dan oh.. ternyata Muki ingin memasukkan penisnya ke vaginaku. Dan sekali lagi Muki memasukkan penisnya ke vaginaku. Walaupun masih agak sulit, tapi akhirnya lorong kenikmatanku dapat dimasuki oleh penis Muki yang besar.
“Dorong yang keras Muk, lebih keras lagi,” desahku. Muki menggoyangan badannya lebih cepat lagi.
“Iya Muk, seperti itu… terus… aaa..aaa… enak sekali, aku mau melakukannya terusmenerus denganmu..”
“May, aku sudah tidak tahan lagi… aku mau keluar…”
“Aku juga Muk, sedikit lagi, kita keluar sama -sama ya… aaa..”
“May… aku keluar..”
“Aku juga Muk… aaa… aa… terasa Muk, terasa sekali hangat spermamu..”
“Aduh, May… goyang terus May, punyaku lagi keluar…”
“Aduh Muk… enak sekali…”
Bibirku langsung menciumi bibir Muki yang lagi dipuncak kenikmatan. Tak lama kemudian kami sama-sama terdiam dan masih dalam kehangatan pelukan. Akhirnya kami mencapai kenikmatan yang luar biasa. Dan sama-sama mengalami kenikmatan yang tidak bisa diukur.
“May… spermaku sekarang ada di dalam punyamu.”
“Ia Muk…”
Tidak lama kemudian, Muki membersihkan cairan spermanya di vaginaku.
“May, kalo kamu hamil, aku mau bertanggungjawab.”
“Iya Muk..” jawabku singkat.
Akhirnya kami mandi sama-sama. Di kamar mandi kami melakukannya sekali lagi, dan aku mengalami kenikmatan sampai dua kali. Sekali keluar pada saat Muki menjilati vaginaku dan sekali lagi pada saat Muki memasukkan penisnya ke vaginaku. Muki pun mengalami hal yang sama.
Sorenya kami melakukannya sekali lagi. Kali melakukannya berulang kali. Dan istirahat kami hanya sebentar, tidak sampai satu jam kami sudah melakukannya lagi. Benar-benar luar biasa. Aku pun tidak tahu kenapa nafsuku begitu bergelora dan tidak mau berhenti. Kalau dihitunghitung dalam melakukan hubungan badan, aku sudah keluar 8 kali orgasme. Dan kalau hanya sekedar diisap oleh Muki hanya 3 kali. Jadi sudah 11 kali aku keluar. Sementara Muki sudah 7 kali.
Malamnya tepat jam 8.30 kami keluar dari penginapan. Padahal jika dipikir-pikir, hanya dalam waktu dua hari saja aku sudah melepaskan keperawananku ke seseorang. Dan sampai sekarang hubunganku dengan Muki bukan sifatnya pacaran, tapi hanya bersifat untuk memuaskan nafsu saja. Dan, baru kali ini aku bisa merasakan tidur yang sangat pulas sesampainya di rumah. Besoknya aku harus sekolah seperti biasa dan tentunya dengan perasaan senang dan ingin melakukannya berkali-kali. Seperti biasa setiap tanggal 20, aku datang bulan. Dan kemarin (tanggal 20 Februari 2001) ini aku masih dapat. Aku langsung menelepon Muki sepulang dari sekolah.
“Muk, aku dapat lagi, dan aku tidak hamil.”
“Iya May… syukurlah…”
“Muk, aku ingin melakukannya sekali lagi, kamu mau Muk..”
Dan, ternyata kami bisa melakukannya di mana saja. Kadang aku mengisap penis Muki sambil Muki menyetir mobil yang lagi di jalan tol. Dan setelah cairan sperma Muki keluar yang tentunya semua kutelan, karena sudah biasa, setelah itu tangan Muki memainkan vaginaku. Kadang juga sebelum pulang aku tidak lagi mencium bibir Muki, tapi aku mengisap kepunyaan Muki sebelum turun dari mobil, hanya sekitar 2 menit, Muki sudah keluar. Dan aku masuk rumah masih ada sisa-sisa aroma sperma di mulutku.
Di tiap pertemuan kami berdua selalu saling mengeluarkan. Jika kami ingin melakukan hubungan badan, biasanya kami menyewa penginapan dari siang sampai sore dan hanya dilakukan tiap hari sabtu karena pada saat itu sepulang sekolah Muki langsung mengajakku ke penginapan

BOKEP BARAT - KONAK SANGE AKIBAT ANAK TIRI

BOKEP BARAT - KONAK SANGE AKIBAT ANAK TIRI Download bokep gratis  - BOKEP BARAT - KONAK SANGE AKIBAT ANAK TIRI   kocokmaniac,blogspot....